Doa Adalah Gaya Hidup Orang Percaya

Diposting oleh Andre Primaries on Minggu, 04 Desember 2011

Sering kali kita mendengar dan bahkan mempercayai bahwa doa adalah nafas hidup bagi orang percaya. Pernyataan ini hendak mengatakan bahwa tanpa doa, sesungguhnya kehidupan rohani orang percaya telah terganggu, bahkan mungkin telah mengalami kematian. Tanpa doa, kehidupan rohani kita sangat mengerikan (miserable). Akan tetapi di dalam realitas kehidupan yang sesungguhnya, kebenaran pernyataan di atas hanya sebatas kepada pengetahuan intelektual belaka. Kita tahu bahwa doa itu sangat penting, tetapi sering kali kita lalai untuk berdoa atau berdoa hanya jika kita anggap kita perlu. Kalau tidak perlu, dan faktanya kita sering kali tidak memerlukannya, kita tidak berdoa. Seakan-akan doa hanya sebuah pilihan berdasarkan keperluan. Kita semua sebagai orang percaya, tentunya, mengetahui bahwa doa bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah gaya hidup bagi orang percaya.
Doa adalah Gaya Hidup Apa itu gaya hidup? Untuk menerangkan dengan mudah yang dimaksud dengan gaya hidup, kita dapat memperhatikan ilustrasi berikut ini. Bob Sadino adalah seorang pengusaha yang berhasil. Dalam penampilannya di mana saja, ia selalu mengenakan celana pendek. Entah ketika diwawancarai di televisi, entah sebagai model iklan, maupun sebagai bintang sinetron, ia selalu mengenakan celana pendek. Celana pendek menandai seorang Bob Sadino. Inilah gaya hidup.
Setiap hari, ketika di rumah, saya mengenakan celana pendek dan koas singlet. Entah di siang hari yang panas, entah di malam hari yang dingin, bahkan ketika tidur dengan kamar ber-AC, saya mengenakan pakaian itu. Itulah gaya hidup saya. Suatu saat di rumah saya berpakai tidak seperti biasanya, maka anak saya bertanya kepada saya: "Papa mau ke mana? Aleth ikut papa, ya."Saya jawab anak itu: "Papa tidak ke mana-mana." Anak itu menjawab: "Kok, Papa pakai kaos?" Padahal saya hanya mengenakan kaos oblong. Dalam hal ini, gaya hidup saya ditandai dengan celana pendek dan kaos singlet ketika berada di rumah. Jadi gaya hidup adalah ciri yang menjadi bagian yang melekat dalam diri seseorang yang menandai kehidupannya sehari-hari.
Mari kita membuka dan membaca kitab Daniel 6:11. Ayat ini menceritakan tentang Daniel, setelah mendengar bahwa Raja Darius menandatangani surat larangan yang tak dapat diubah kepada siapa saja untuk tidak melakukan permohonan kepada semua dewa atau manusia selain kepada raja sendiri dalam waktu 30 hari ke depan, berlutut, berdoa dan memuji Allah di rumahnya. Ayat ini juga menerangkan bahwa doa yang dilakukan Daniel dengan kata keterangan "seperti yang biasa dilakukannya." Keterangan ini hendak mengatakan kepada kita bahwa Daniel berdoa bukan hanya ketika ia menghadapi larangan yang baru saja ditandatangani Raja Darius. Bagi Daniel, doa adalah sudah menjadi bagian yang melekat dalam diri dan tak dapat dipisahkan. Bagi Daniel, tiada hari tanpa tiga kali sehari bedoa, entah ada atau tidak ada masalah. Doa adalah gaya hidupnya.
Bukankah surat larangan yang dikeluarkan oleh Raja Darius, sesungguhnya adalah hasil dari persekongkolan para pejabat lain yang ingin menjatuhkan Daniel? Mereka tahu bahwa tidak ada satu kesalahan pun dalam diri Daniel, kecuali seperti yang mereka katakan dalam ayat 6: "kita tidak akan mendapat satu alasan dakwaan terhadap Daniel, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya." Melalui ayat ini kita dapat mengatakan bahwa para pejabat lain telah mengetahui bahwa doa telah menjadi ciri yang melekat di dalam diri Daniel dan itu menandai gaya hidup sehari-harinya. Kalau Anda ditanya: "apakah Anda kenal Daniel?" Seharusnya Anda menjawab menjawab: "Daniel yang mana? Daniel yang suka berdoa, ya? Kalau dia, saya kenal."
Martin Luther berkata: "I have so much business I cannot get on without spending three hours daily in prayer" (Saya mempunyai banyak urasan yang tak dapat saya jalankan tanpa menghabiskan 3 jam sehari dalam doa). John Wesley berkata: "God does nothing but in answer to prayer" (Allah tidak mengerjakan apa-apa kecuali menjawab doa). Karena keyakinannya ini ia berdoa dua jam sehari. Markus 1:35 mengatakan: pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana." Apa yang dikatakan Markus adalah gaya hidup Yesus.
Mengapa Doa Harus Menjadi Gaya Hidup? Pertama-tama, doa harus menjadi gaya hidup orang percaya karena doa menyatakan bahwa kita percaya kepada Allah. Larangan yang ditandatangani oleh raja itu memiliki konsekuensi yang berat bagi para pelanggarnya, yaitu dilemparkan ke dalam gua singa (Dan 6:8). Daniel mendengar dan mengetahui perintah larangan dan konsekuensinya, tetapi apa yang dilakukan, yaitu berdoa, bukan semata-mata untuk melanggar larangan Raja. Ia berdoa sebagai bentuk bahwa ia percaya dan mempercayakan dirinya sendiri kepada Allah. Lihat apa yang dituturkan Alkitab: "Lalu sangat sukacitalah raja dan ia memberi perintah, supaya Daniel ditarik dari dalam gua itu. Maka ditariklah Daniel dari dalam gua itu, dan tidak terdapat luka apa-apa padanya, karena ia percaya kepada Allahnya" (Dan 6: 24). Wayne Grudem mengatakan: "prayer expresses our trust in God and is a means whereby our trust in him can increase" (doa menyatakan kepercayaan kita kepada Allah dan doa adalah sarana di mana keprcayaan kita akan dia dapat bertumbuh).
Yang kedua, doa adalah penyembahan. Grudem mengatakan: "Worship is the activity of glorifying God in his presence with our voices and hearts" (penyembahan adalak aktivitas pengagungan Allah di dalam hadirat-Nya dengan suara dan hati kita). Kita kembali pada teks utama kita, yaitu Dan 6: 11. Dalam ayat ini, Daniel berlutut, berdoa, dan memuji Allah. Ketiga aktivitas ini bukan terpisah satu dengan lainnya, melainkan satu kesatuan. Ketika Daniel berlutut untuk beroda, di dalam doa itu Ia memuji Allahnya. Aktivitas yang dilakukannya oleh Raja Darius disebut sebagai penyembahan. Sang Raja berkata: "Allahmu yang kausembah dengan tekun, Dialah kiranya melepaskan engkau!" (6:17). Sekali lagi Sang Raja berkata: "Allahmu yang kausembah dengan tekun," (6:21). Doa bukan hanya permintaan dan permohonan. Di dalam doa ada pengagungan, ada pemuliaan nama Tuhan.
Ketiga, doa membawa kita pada persekutuan yang lebih mendalam dengan Allah. Sekali lagi, di sini kita mengutip perkataan Grudem. Ia berkata: "prayer is personal communication with God" (doa adalah komunikasi pribadi dengan Allah). Seorang presiden sebuah perusahaan yang besar ingin berbicara dengan manager pabrik tentang sesuatu yang urgen. Sang sekretaris manager berkata: "Ia tidak dapat diganggu. Ia sedang dalam pertemuan seperti biasa yang ia lakukan pada jam-jam seperti ini. Sang presiden merespon dengan tidak sabar dan berkata: "katakan kepadanya Sang Presiden ingin bertemu dengannya." Sang sekretaris dengan teguh berkata: "saya diperintahkan dengan keras untuk tidak mengganggunya sementara dia ada dalam pertemuan." Dengan marah Presiden melewati sang sekrataris dengan menyenggolnya dan membuka pintu kantor sang manager. Setelah melihat dengan cepat ia kembali, dengan lembut menutup pintu, dan berkata: "Saya minta maaf!" Sang Presiden mendapati sang manager sedang berlutut di depan Alkitab yang terbuka. Ini adalah cerita yang diambil dari artikel dengan judul "In Conference" yang di tulis oleh M. R. De Haan. Selanjutnya ia mengatakan: "The purpose of a daily devotional time is to stimulate regular, intimate meetings with the King of kings" (tujuan memiliki waktu saat teduk setiap hari adalah merangsang persekutuan yang teratur dan intin dengan Raja dari segala raja). Demikian juga ketika berdoa, Daniel sedang membangun persekutuan yang intim dengan Allah. Hanya orang yang memiliki persekutuan yang intim dengan Allah melalui doa, ia mengenal siapa Allahnya. Jika ia mengenal Allahnya, ia akan tetap kuat (bertahan dalam kepercayaaannya kepada Allah), meskipun banyak kesulitan yang dihadapinya (Bnd. 11:32).
Ditulis Oleh :Pdt. Stephano Ambesa, M.Th